Dolar Amerika Serikat (AS)melemah terhadap sejumlah mata uang utama pada perdagangan Selasa (1/7). Hal itu terjadi setelah data menunjukkan adanya lonjakan permintaan tenaga kerja yang melebihi ekspektasi, mengindikasikan bahwa suku bunga masih akan ditahan oleh Federal Reserve (The Fed).
Dilansir dari Reuters, Rabu (2/7), Indeks Dolar(DXY) yang mengukur kinerja greenback terhadap enam mata uang utama termasuk yen dan euro, turun 0,08% menjadi 96,682.
Penurunan dolar terjadi di tengah pengesahan rancangan aturan pemotongan pajak dan belanja oleh Senat di AS. Hal tersebut akan menjadi paket kebijakan fiskal besar dengan nilai tambahan US$3,3 triliun terhadap utang nasional. Rancangan aturan tersebut kini menunggu persetujuan akhir dari Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) AS.
Sementara itu, Ketua The Fed Jerome Powell kembali menegaskan bahwa bank sentral akan menunggu lebih banyak data ekonomi sebelum melakukan pelonggaran kebijakan moneter. Meski begitu, ia tidak menutup kemungkinan pemangkasan suku bunga pada Juli.
Dari sisi data ekonomi, Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan pembukaan lapangan kerja naik sebesar 374.000 menjadi 7,769 juta posisi pada Mei. Capaian tersebut mengalahkan ekspektasi pasar.
"Paruh pertama 2025 menjadi yang terburuk bagi indeks dolar AS sejak 1973, sebagian besar karena kekhawatiran atas kebijakan perdagangan dan perlambatan ekonomi," kata Kepala Riset Pasar Global StoneX, Matthew Weller.
"Namun, secara jangka pendek, pasar tampaknya sudah agak jenuh dan ada potensi rebound dolar selama Juli," tambahnya.