Indeks dolar (DXY) yang kembali melambung masih menjadi tantangan bagi pergerakan rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS).
Melansir Refinitiv, pada penutupan perdagangan Senin kemarin (7/10/2024) rupiah keok 1,26% dalam sehari ke posisi Rp15.675/US$.
Pelemahan tersebut menjadikan rupiah berada di posisi paling dalam sejak dua bulan lalu atau tepatnya pada 16 Agustus 2024.
Pelemahan rupiah terjadi seiring tekanan terhadap indeks dolar AS (DXY) yang kembali perkasa dan harga minyak kembali mendidih.
Indeks dolar (DXY) tampak berada di level yang cukup tinggi dalam beberapa hari terakhir. DXY menguat sejak 30 September hingga 4 Oktober tanpa adanya koreksi sedikitpun. Kemudian pada penutupan perdagangan kemarin, DXY tampak melemah tipis sebesar 0,04% ke angka 102,48. Hal ini semakin menekan mata uang Asia termasuk rupiah.
Indeks dolar menghitung nilai dolar dari enam mata uang dunia yakni Euro, franc Swiss, yen Jepang, dolar Kanada, pound Inggris, dan krona Swedia. Kenaikan indeks dolar mencerminkan jika banyak investor yang memburu mata uang Greenback sehingga yang lain melemah.
Kondisi ini akan berbuntut pada nilai tukar negara lain termasuk rupiah.
Harga minyak juga terbang setelah ketegangan di Timur Tengah memanas. Minyak jenis brent bahkan terbang ke level US$ 80/barel pada penutupan perdagangan kemarin, Senin (7/10/2024). Harga tersebut adalah level tertinggi sejak 15 Agustus 2024.
Kenaikan harga minyak akan membuat beban impor naik. Kondisi ini akan menekan surplus neraca perdagangan hingga transaksi berjalan. Akibatnya, nilai tukar rupiah juga bisa semakin tertekan hebat.
Melihat data google finance hingga Selasa pagi ini pukul 08.00 WIB, rupiah sudah bertengger di Rp15.710/US$. Semalam bahkan sempat mencapai level termahalnya di Rp15.750/US$.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal dalam basis waktu per jam pergerakan rupiah saat ini masih dalam tren pelemahan. Perlu diwaspadai adanya pelemahan lanjutan, paling tidak ke resistance terdekat di Rp15.755/US$ yang diambil dari high candle intraday 16 Agustus 2024.
Sementara itu, untuk support atau potensi penguatan jika terjadi pembalikan arah bisa diperhatikan Rp15.625/US$ yang bertepatan dengan garis rata-rata selama 20 jam atau Moving Average/MA 20.