Dolar Amerika Serikat (AS) menguat terhadap seluruh mata uang utama pada Kamis (14/8). Hal ini terjadi setelah data menunjukkan harga produsen (Producer Price Index/PPI) negara terkait pada bulan lalu naik lebih tinggi dari perkiraan. Kenaikan ini dipicu lonjakan biaya jasa dan barang, yang mengindikasikan potensi peningkatan inflasi dalam beberapa bulan ke depan.
Dilansir dari Reuters, Jumat (15/8), Indeks Dolar (DXY) yang mengukur nilai greenback terhadap sekeranjang mata uang utama, naik 0,5% menjadi 98,25.
Data harga produsen yang tinggi ini dirilis setelah laporan inflasi konsumen (CPI) yang juga lebih baik dari perkiraan, mendorong pelaku pasar meningkatkan ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed).
Meski demikian, kenaikan inflasi ini memicu kekhawatiran bahwa tarif impor dapat kembali mendorong harga, sehingga berpotensi mengubah arah kebijakan suku bunga. Kondisi tersebut memperlemah peluang pemangkasan suku bunga sebesar 50 basis poin pada rapat The Fed September.
“Saya rasa hal itu memang tidak terlalu mungkin, dan laporan PPI ini menguatkan hal tersebut,” ujar Kepala Riset Pasar Global StoneX, Matt Weller.
Presiden The Fed St. Louis, Alberto Musalem, menegaskan bahwa pemangkasan setengah poin tidak diperlukan mengingat ekonomi mendekati tingkat pekerjaan penuh, inflasi berada di atas target 2%, dan dunia usaha masih beradaptasi dengan tarif impor yang lebih tinggi dari AS.
Weller menambahkan, data inflasi terbaru membuat ekspektasi penurunan suku bunga agresif semakin diragukan untuk dilakukan The Fed.
“Sebelumnya ada yang memprediksi tiga kali pemangkasan berturut-turut masing-masing 25 basis poin, tetapi dengan inflasi setinggi ini kemungkinan maksimal hanya dua kali, bahkan itu pun belum pasti,” katanya.