Jakarta, 13 Juni 2025 – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali melanjutkan tren pelemahan dalam perdagangan pekan ini. Ketidakpastian global, aksi ambil untung, hingga tekanan dari pasar regional turut menekan kinerja indeks. Tidak hanya investor lokal, investor asing pun tampak melakukan aksi jual besar-besaran terhadap sejumlah saham unggulan.
IHSG ditutup melemah sebesar 0,72% ke level 6.872,34 pada sesi perdagangan Kamis (12/6), dengan total nilai transaksi harian mencapai Rp9,3 triliun. Aksi jual bersih (net sell) investor asing tercatat mencapai Rp825 miliar di seluruh pasar.
Saham yang Dilepas Asing
Dalam sepekan terakhir, investor asing tercatat paling banyak melepas saham-saham berkapitalisasi besar, terutama di sektor perbankan dan komoditas. Berikut adalah 10 saham yang paling banyak dijual asing dalam beberapa hari terakhir:
No.Kode SahamNama EmitenNilai Net Sell (Rp Miliar)1 | BBCA | Bank Central Asia Tbk | 185
2 | BBRI | Bank Rakyat Indonesia Tbk | 162
3 | BMRI | Bank Mandiri Tbk | 127
4 | ASII | Astra International Tbk | 89
5 | TLKM | Telkom Indonesia Tbk | 78
6 | ADRO | Adaro Energy Indonesia Tbk | 59
7 | MDKA | Merdeka Copper Gold Tbk | 54
8 | INDF | Indofood Sukses Makmur Tbk | 41
9 | UNVR | Unilever Indonesia Tbk | 37
10 | ANTM | Aneka Tambang Tbk | 32
Saham-saham perbankan masih menjadi pilihan utama untuk dilepas oleh investor asing, seiring dengan tekanan global dari arah suku bunga AS dan pelemahan nilai tukar rupiah yang mendekati Rp16.200 per dolar AS.
Sentimen Penggerak Pasar
Beberapa faktor yang turut membayangi pergerakan IHSG antara lain:
- Data inflasi AS yang dirilis lebih tinggi dari ekspektasi, meningkatkan kekhawatiran soal potensi penundaan pemangkasan suku bunga The Fed.
- Nilai tukar rupiah yang terus tertekan, menimbulkan kekhawatiran atas profitabilitas emiten berbasis impor.
- Tekanan geopolitik global, termasuk konflik di Timur Tengah dan ketegangan AS–Tiongkok, yang turut memicu risk-off sentiment di pasar negara berkembang.
Prospek ke Depan
Analis memperkirakan IHSG masih akan bergerak volatil dalam jangka pendek, terutama menjelang rilis data ekonomi dalam negeri seperti neraca perdagangan dan keputusan suku bunga Bank Indonesia. Investor disarankan untuk tetap selektif dan fokus pada emiten dengan fundamental kuat dan kinerja stabil.
"Konsolidasi sehat bisa menjadi peluang untuk akumulasi bertahap pada saham-saham bluechip yang saat ini mengalami tekanan," ujar Andi Prasetyo, Analis Riset Saham dari Trimegah Sekuritas.