Nilai tukar rupiah menguat di awal pekan ini. Di pasar spot, kurs rupiah menguat Rp 58 atau 0,35% menjadi Rp 16.680 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Senin (29/9).
Sejalan, kurs rupiah Jisdor menguat Rp 95 atau 0,57% menjadi Rp 16.680 per dolar AS.
Mayoritas mata uang Asia menguat terhadap dolar AS hari ini. Won Korea memimpin penguatan sebesar 0,71%. Yen Jepang menguat 0,65%.
Dolar Taiwan menguat 0,26%. Yuan China menguat 0,22%. Ringgit Malaysia menguat 0,20%.
Dolar Singapura menguat 0,15%. Peso Filipina menguat 0,03%.
Sedangkan rupee India dan dolar Hong Kong melemah masing-masing 0,1%. Baht Thailand juga melemah 0,01% terhadap dolar AS.
Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia melemah 0,21% menjadi 97,94 pada sore ini. Indeks dolar melemah dalam dua hari perdagangan berturut-turut.
Analis mata uang Doo Financial Futures, Lukman Leong mengatakan, rupiah menguat cukup tajam terhadap dolar AS yang melemah setelah data personal consumption expenditure (PCE) AS yang sesuai dengan perkiraan serta sentimen konsumen AS yang lebih lemah dari perkiraan.
“Dolar AS juga tertekan oleh kekhawatiran shutdown pemerintah AS. Komitmen pemerintah untuk terus bekerja sama dengan BI menjaga stabilitas rupiah turut mendukung rupiah,” ujar Lukman kepada Kontan, Senin (29/9).
Lukman menambahkan, walau sentimen negatif masih menekan dolar AS, namun investor umumnya masih wait and see menantikan beberapa data pekerjaan AS terutama NFP pekan ini. Dia memperkirakan rupiah akan berkonsolidasi dengan potensi menguat terbatas di rentang Rp 16.600 – Rp 16.750 per dolar AS.