BACA BERITA

Program MBG Disorot: Rangkaian Kasus Keracunan dan Temuan Janggal di Sejumlah Daerah

Author: matauang Category: Politik
Jakarta, 29 September 2025 – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang diluncurkan pemerintah sejak awal Januari 2025 kini menuai sorotan tajam. Alih-alih memberi gizi, dalam sepekan terakhir muncul berbagai kasus keracunan dan temuan tak layak konsumsi di sejumlah daerah.

Di Bandung Barat, ribuan pelajar SD hingga SMK keracunan setelah menyantap menu MBG. Pemerintah daerah bahkan menetapkan insiden ini sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Dugaan awal mengarah pada kelalaian dapur penyedia yang tidak menjalankan Standar Operasional Prosedur (SOP) pengolahan makanan.

Rentetan Kasus MBG di Daerah

  1. Ketapang, Kalimantan Barat – Menu ikan hiu filet saus tomat diduga menyebabkan 25 siswa dan guru keracunan. Badan Gizi Nasional (BGN) menyebut pemilihan ikan hiu sebagai bagian dari “kearifan lokal”, namun publik mempertanyakan keamanan dan ketepatannya sebagai menu anak sekolah.

  2. Lampung Timur – Puluhan siswa dari lima sekolah mengalami gejala mual, muntah, dan pusing setelah menyantap roti isi sosis. Sampel makanan sudah dikirim ke laboratorium untuk diuji.

  3. Batam, Kepulauan Riau – Serpihan kaca ditemukan dalam nasi MBG di SMAN 4 Batam. Insiden diduga akibat pecahnya tutup teflon saat memasak.

  4. Jayapura, Papua – Menu MBG viral di media sosial karena porsinya sangat minim: nasi goreng, dua potong tahu kecil, dua irisan timun, dan jeli mini. Netizen ramai mengkritik apakah sajian semacam ini bisa disebut bergizi.

  5. Cianjur, Jawa Barat – Puluhan siswa SD Taruna Bakti diduga keracunan setelah menyantap menu tempe dan sayuran. Seorang guru yang mencoba mencicipi tempe pun ikut muntah-muntah.

  6. Bangkalan, Madura – Dua kali ditemukan ulat dalam menu MBG di sekolah berbeda. Satgas MBG daerah mengakui kejadian ini sebagai peringatan serius bagi penyedia.

Data Nasional: Ribuan Anak Jadi Korban

Istana melalui Kantor Staf Presiden (KSP) melaporkan, sedikitnya 5.000 penerima manfaat MBG menjadi korban keracunan sejak program ini berjalan. Data serupa juga tercatat oleh Kementerian Kesehatan, BPOM, dan Badan Gizi Nasional (BGN).

Faktor utama penyebab keracunan antara lain:

  • higienitas makanan yang rendah,

  • pengolahan yang tidak sesuai SOP,

  • kontaminasi silang,

  • penggunaan bahan kedaluwarsa, hingga

  • minimnya pengawasan lapangan.
Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) bahkan mendesak agar pemerintah menghentikan sementara program MBG untuk evaluasi menyeluruh. Menurut JPPI, keselamatan anak harus lebih diutamakan dibanding target politik.

Program dengan Visi Baik, Eksekusi Bermasalah

Program MBG pada dasarnya bertujuan mulia: menekan angka stunting, memperbaiki gizi pelajar, serta mendorong UMKM lokal lewat rantai pasok. Namun deretan kasus keracunan dan temuan makanan tak layak konsumsi menunjukkan masih lemahnya tata kelola di lapangan.

Pemerintah pusat bersama BGN, BPOM, Kemenkes, hingga aparat penegak hukum kini tengah melakukan investigasi. Sejumlah dapur penyedia makanan MBG juga telah ditutup sementara.

Publik menanti langkah tegas pemerintah dalam memastikan keamanan pangan program MBG. Sebab, seperti dikatakan Wakil Kepala BGN, “Satu nyawa saja sudah musibah.”