Pada perdagangan pagi ini, nilai tukar rupiah kembali menunjukkan pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (USD). Kurs rupiah tercatat melemah menjadi Rp 16.310 per dolar, naik dibandingkan penutupan kemarin yang berada di kisaran Rp 16.250.
Pelemahan rupiah ini dipengaruhi oleh sentimen global yang masih bergejolak, khususnya terkait ketidakpastian ekonomi Amerika Serikat dan perkembangan kebijakan moneter The Fed. Pasar menantikan keputusan suku bunga The Fed yang diperkirakan akan tetap agresif untuk menekan inflasi.
Selain itu, data ekonomi domestik yang belum menunjukkan perbaikan signifikan juga menjadi salah satu faktor tekanan bagi rupiah. Kinerja ekspor yang melambat dan defisit neraca perdagangan turut memperberat posisi mata uang Indonesia di pasar valuta asing.
Analis pasar modal memperkirakan rupiah masih akan bergerak dalam tekanan hingga beberapa waktu ke depan, terutama jika faktor eksternal seperti penguatan dolar AS dan ketegangan geopolitik global terus berlanjut. Namun, beberapa sentimen positif seperti meningkatnya arus investasi asing dan stabilitas fundamental ekonomi Indonesia diharapkan dapat menjadi penopang bagi rupiah.
Pemerintah dan Bank Indonesia terus memantau perkembangan ini dan siap melakukan intervensi apabila pelemahan rupiah berlangsung terlalu dalam dan mengganggu stabilitas ekonomi nasional.
Bagi pelaku pasar dan masyarakat, disarankan untuk tetap berhati-hati dalam mengambil keputusan keuangan di tengah fluktuasi nilai tukar yang cukup volatil ini.