Di tengah gejolak ekonomi global, kebijakan tarif baru Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump muncul sebagai salah satu langkah paling kontroversial dalam sejarah perdagangan modern Amerika Serikat. Dengan ambisi mengubah tatanan global dan memperkuat posisi ekonomi domestik, Trump memberlakukan kenaikan tarif besar-besaran terhadap hampir seluruh mitra dagang AS.
Upaya Presiden Donald Trump untuk mengubah tatanan global melalui serangkaian tarif baru AS kemungkinan akan membuat ekonomi dunia lebih kecil daripada sebelumnya dan menimbulkan ketegangan baru dalam hubungan Amerika dengan sekutu maupun rival. Bahkan, muncul tanda-tanda kerusakan akibat tarif terhadap ekonomi AS
Mereka menyebut pendapatan tarif sebagai rezeki nomplok yang akan mengimbangi biaya fiskal dari pemotongan pajak yang diperpanjang oleh Kongres pada bulan Juni, dan komitmen investasi baru oleh perusahaan dan negara yang mereka yakini pada akhirnya akan menghasilkan lapangan kerja di Amerika.
Dengan sebagian besar negara lain di dunia, termasuk Uni Eropa dan Jepang, menyetujui kesepakatan awal dan tidak membalas tarif AS yang lebih tinggi, pemerintahan Trump menunjukkan keyakinannya terhadap strateginya.
Tarif yang lebih tinggi untuk hampir semua mitra dagang AS yang mulai berlaku tepat setelah tengah malam di New York pada 7 Agustus berarti ekonomi terbesar di dunia tersebut telah menaikkan tarif ke tingkat yang belum pernah terjadi sejak undang-undang Smoot-Hawley tahun 1930 yang memberlakukan bea masuk yang memperdalam dan memperpanjang Depresi Besar.
Secara keseluruhan, tindakan Trump, Bloomberg Economics memperkirakan, akan mendorong tarif rata-rata AS menjadi 15,2%, jauh di atas 2,3% pada tahun 2024.
Hal itu akan membuat produk domestik bruto (PDB) global sebesar US$2 triliun lebih kecil daripada yang seharusnya pada akhir tahun 2027, menurut hitungan Bloomberg Economics.
Hal itu akan membuat produk domestik bruto (PDB) global sebesar US$2 triliun lebih kecil daripada yang seharusnya pada akhir tahun 2027, menurut hitungan Bloomberg Economics.
Barang-barang dari Swiss menghadapi bea masuk yang lebih berat, yaitu 39%, sementara barang-barang dari India yang dikecam Trump karena pembelian minyak Rusia menghadapi bea masuk tambahan sebesar 25%. Jika diberlakukan seperti yang diancamkan pada 27 Agustus, total bea masuk akan naik menjadi 50% dan membuat sebagian besar ekspor negara itu ke pelanggan luar negeri terbesarnya menjadi lemah secara ekonomi. Produk-produk Brasil juga menghadapi bea masuk setinggi 50%.