Nilai tukar rupiah dibuka melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan awal pekan, Senin (7/7/2025).
Berdasarkan data Bloomberg pukul 09.38 WIB, rupiah di pasar spot exchange berada di posisi Rp 16.236,50 per dolar AS, atau turun 51,50 poin setara 0,32% dibandingkan posisi penutupan akhir pekan lalu.
Pada Jumat (4/7/2025), rupiah sempat menguat tipis sebesar 10 poin atau 0,06% ke level Rp 16.185 per dolar AS. Namun penguatan tersebut tidak berlanjut, seiring tekanan global yang kembali meningkat terhadap aset-aset berisiko, termasuk mata uang di kawasan Asia.
Pelemahan rupiah terjadi bersamaan dengan depresiasi mayoritas mata uang Asia lainnya terhadap dolar AS. Yen Jepang melemah menjadi 144,7700, dolar Hong Kong ke 7,84, dolar Singapura berada di level 1,27, dan dolar Taiwan merosot ke angka 29,01.
Sementara itu, won Korea Selatan juga tercatat melemah ke 1.369,5, peso Filipina turun ke 56,56, dan rupe India bergerak turun ke level 85,39. Yuan Tiongkok terpantau melemah ke posisi 7,1, ringgit Malaysia ke 4,23, serta baht Thailand ke angka 32,50 per dolar AS.
Melansir Trading View, pergerakan mata uang kawasan cenderung terbatas dan bergerak dalam tekanan. Hal ini disebabkan kekhawatiran pasar menjelang tenggat waktu pada Rabu (9/7/2025) mendatang, yang menandai akhir dari masa jeda selama 90 hari atas kebijakan tarif balasan AS.
Presiden AS Donald Trump pada Minggu (6/7/2025) mengatakan, pemerintahannya segera mengirimkan sedikitnya selusin surat kepada mitra dagang utama.
Surat tersebut berisi pemberitahuan mengenai rencana penerapan tarif baru terhadap produk ekspor negara-negara tersebut ke pasar AS.
Ancaman tarif tambahan ini memicu kehati-hatian investor global, mengingat potensi memanasnya kembali ketegangan perdagangan internasional.
Dampaknya, arus modal kembali mengalir menuju aset safe haven seperti dolar AS, dan mendorong tekanan terhadap nilai tukar mata uang di banyak negara, termasuk Indonesia.